Ngomong ngomong soal jakarta..
Kemarin dapat kereta terakhir dari Bogor. Sungguh, ini di luar rencana kami. K.A. Siliwangi dari Sukabumi terhenti di stasiun Batutulis, terhambat oleh rel yang sedang diganti. Seharusnya kami sampai stasiun bogor di waktu maghrib. Tapi setelah dua jam menunggu di kereta yang tidak jelas kapan berangkatnya, kami bersama seluruh penumpang lainnya memutuskan untuk melanjutkan dengan angkot saja.
Lupa. Ini malam minggu, dan jalanan sedang ramai ramainya. Setelah satu jam bersafari malam dari balik kaca angkot, melihat muda mudi berlalu lalang sepanjang jalan. Baru kami sampai di loket tiket, saat peringatan terakhir telah dikumandangkan. Dari jalur 3 kereta terakhir jurusan Jakarta Kota segera berangkat. Kami pun berlari, tidak mau ketinggalan kereta malam malam begini. Melihat kami, petugas meniup peluit putus putus. Sinyal supaya kereta menunggu beberapa detik lagi. Tapi kereta tidak menunggu, kami tau itu. Persis ketika kami naik di atas gerbong, pintu kereta tertutup rapat.
Kereta sudah mulai melaju kencang ketika nafas kami berhenti terengah-engah. Baru kali ini perjalanan ke bogor terasa repot sekali. Aku berkata pada adik. “Dik, masa depan yang cerah itu seperti kereta api. Dia tidak akan menunggu mereka yang lambat. Kita harus berlari, mengejar kereta. Atau kita akan dtitinggal. Tidak bisa kemana mana, tidak dapat apa apa.”, “Iya a eka”.
Gue Yudhi Pratama 